Sempat Terhambat Hingga Picu Antrean, Pertamina Klaim Pasokan Pertalite Dan Solar Sudah Aman

Related Articles

OJK Fokus Pada Penyempurnaan Regulasi Untuk Mendorong Implementasi GCG.

May 24, 2022

Kisah Mantan Bidan Yang Merintis Bisnis Dari Nol Hingga Menjadi Pengusaha Sukses

April 18, 2022

Harga Emas Antam Senin, 18 April 2022: Naik Rp 5.000 Jadi Rp 1.010.000 Per Gram

April 18, 2022

JAKARTA – Pertamina memastikan pasokan BBM bersubsidi saat ini fluktuatif dan stok Solar dan Pertalite dalam posisi aman.

Sebelumnya, Pertamina mengatakan, Jumat (4/1/2022) ada kendala pasokan BBM bersubsidi ke SPBU di beberapa titik sebagai bagian dari respon kenaikan harga BBM Pertamax. sedang bermigrasi dengan putalit.

Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading PJS Pertamina Irto P Gintings mengatakan SPBU mendapatkan pasokan bahan bakar tambahan yang baik. Stok solar dan pertalite di lokasi yang aman. Irto mengatakan Rabu (4/6) ”Pertamina juga terus melakukan pemantauan secara real time dan menyuplai SPBU yang habis untuk kebutuhan masyarakat.”

Sejak Jumat pekan lalu, Pertamina telah menyiapkan terminal (BBM) hingga 24 jam untuk mengisi SPBU yang kekurangan pasokan. “Saat ini, kami memantau seluruh rantai distribusi untuk terus memenuhi kebutuhan SPBU dan mengantisipasi keseimbangan antara konsumsi dan distribusi ke SPBU,' katanya.

Diakui Irto, berlanjutnya pengendalian pandemi COVID-19 secara umum cenderung meningkatkan konsumsi BBM masyarakat. Selain itu, tren konsumsi rata-rata mulai menyerupai tahun 2019.

Dikatakannya, “Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5% akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi BBM dengan mengaktifkan aktivitas logistik kendaraan pengangkut dan perekonomian daerah,” ujarnya.

Menurut Irto, permintaan Pertalite meningkat pada Jumat dan Sabtu lalu mengingat mobilisasi masyarakat yang tinggi. Di sisi lain, konsumsi pada hari Minggu mengalami penurunan.

“Mungkin ada transisi dari Pertamax ke Pertalite, tapi kita tidak akan melihatnya dalam dua atau tiga hari setelah penyesuaian harga. “Ini masih sementara dan kita akan melihat tren dalam satu atau dua minggu.”

Soal solar, Irto mengatakan, pendistribusian solar bersubsidi dilakukan sesuai dengan Keputusan Presiden Tahun 2014 191. Jumlah solar yang disubsidi tunduk pada kuota yang ditetapkan pemerintah. Pertamina membagikan 11% dari kelebihan kuota untuk menormalkan antrian.

“Saat ini kami terus bekerja sama dengan BPH Migas untuk memastikan alokasi kuota. Dan dalam konteks Pokja RAFI, kami sekarang terus mendistribusikan solar bersubsidi ke SPBU, terutama pada logistik dan rute utama,” katanya.

Zainul Arifin, peneliti di ReforMiner Institute, mengaitkan keterlambatan pasokan bahan bakar bersubsidi ke SPBU karena persediaan tidak sampai. Hal ini dianggap wajar dan normal. “Tapi dengan momentum (bersamaan dengan kenaikan harga Pertamax, red) jejaring sosial sudah ramai dijejali,” kata Zainul.

Kekurangan bahan bakar tambahan tidak terjadi di banyak SPBU. Kekurangan persediaan hanya terjadi di beberapa titik dan tidak tercermin sebagai kekurangan bahan bakar di satu daerah. “Yang terjadi (suku) sebenarnya satu atau dua SPBU. Sudah jarang di masa lalu dan saya tidak punya masalah. Ini adalah masalah karena di era media sosial, tidak ada yang menjadi viral.”

Zainul mengatakan, kasus kelangkaan bahan bakar sekunder di berbagai SPBU harus menjadi pelajaran bagi semua pihak bahwa stok BBM harus ditebar sebelum harga naik. Selain itu, semua SPBU harus memiliki pedoman yang ketat dan tetap memiliki komunikasi publik yang baik.

“Secara teori, perilaku konsumen cenderung tidak terduga dalam kepanikan. “Ini adalah sesuatu yang harus diharapkan oleh para petani untuk memastikan bahwa insiden serupa tidak terjadi lagi.”

Pertamina dianggap telah menjalankan standar operasional prosedur saya dengan benar. Namun, dia mengingatkan bahwa sebagian besar SPBU milik swasta dan, di wilayah tertentu, wilayah administrasi. Ada juga tunjangan atau kuota untuk bahan bakar dan tunjangan tertentu. Ini harus dilakukan untuk mempersempit dan menghitung anggaran hibah/reward yang dibutuhkan.

Jugi Prajogio, Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) periode 2007-2001 dan 2017-2021, menilai masing-masing SPBU sangat mampu mengantisipasi kelangkaan pasokan. Juga, subsidi solar sudah memiliki biaya. “Menambah kuota pertalite juga ‘sulit' dengan kondisi sekarang, karena akan membebani Pertamina dan pemerintah” ujarnya.

Terkait rantai pasokan BBM ke SPBU, Jugi mengatakan dari pengalamannya sebagai anggota BPH Crumb Committee Pertamina sangat handal dan mumpuni. “Seingat saya, tidak lama setelah pesanan pembelian keluar, sehingga Anda dapat melihat stok dalam kondisi aman di setiap SPBU,” katanya.

Saat menjabat di Badan Pustaka BPH, Jugi mengakui ada kelonggaran untuk BBM bersubsidi. Tidak ada cara lain untuk membuat hibah Anda disesuaikan dengan tujuan Anda. “Jadi kuota BBM bersubsidi juga ditetapkan di setiap SPBU per provinsi/kabupaten/kota” ujarnya.

Artikel ini diterbitkan oleh KONTAN sebagai judul.