Ekonomi Jepang, China Dan AS Lemas Digerogoti Laju Inflasi Tinggi

Related Articles

OJK Fokus Pada Penyempurnaan Regulasi Untuk Mendorong Implementasi GCG.

May 24, 2022

Kisah Mantan Bidan Yang Merintis Bisnis Dari Nol Hingga Menjadi Pengusaha Sukses

April 18, 2022

Harga Emas Antam Senin, 18 April 2022: Naik Rp 5.000 Jadi Rp 1.010.000 Per Gram

April 18, 2022

TOKYO – Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS), China, Uni Eropa (UE), dan Jepang, kini menghadapi risiko tingkat inflasi yang tinggi yang melanda negaranya dan melemahkan ekonominya. Untuk pulih dari efek epidemi.

Beberapa analis memperkirakan inflasi akan tetap tinggi di negara-negara yang menjadi pusat perekonomian global.

Inflasi harga grosir di Jepang mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Maret 2022 karena krisis Ukraina.

Juga, seperti dikutip Reuters pada Selasa (12/4/2022), pelemahan yen akan menaikkan biaya bahan bakar dan bahan baku dan selanjutnya mengganggu ekonomi Jepang yang bergantung pada impor.

Analis memperkirakan kenaikan harga grosir akan mendorong inflasi konsumen hingga target 2%, tingkat yang sulit dipahami oleh Bank of Japan.

Ini akan berdampak pada ekonomi Jepang, yang masih belum pulih dari pandemi virus corona.

Indeks harga perusahaan Jepang (CGPI), ukuran harga yang dibebankan perusahaan satu sama lain untuk barang dan jasa, naik 9,5% pada Maret 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut data pemerintah.

Pada Februari 2022, terus meningkat sebesar 9,7%, mencapai level tertinggi sepanjang masa.

Bank of Japan (BOJ) mengatakan kenaikan indeks mengalahkan ekspektasi pasar sebesar 9,3%.

“Ketika harga bahan mentah naik, perusahaan tidak akan bisa mendapat untung kecuali harga naik. Era perang diskon sudah berakhir,” kata Minami Takeshi, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute.

Inflasi inti Jepang bisa naik menjadi sekitar 2,5% pada akhir tahun. Ini juga akan tetap lebih dari 2% lebih tinggi dari yang diharapkan, mempengaruhi konsumsi dan ekonomi.

Indeks harga impor berbasis yen naik 33,4% pada Maret 2022 dari tahun sebelumnya. Ini adalah tanda bahwa pelemahan yen baru-baru ini meningkatkan biaya impor untuk perusahaan Jepang.

Perusahaan Jepang lambat untuk meneruskan kenaikan biaya ke rumah tangga karena pertumbuhan upah yang rendah memberi tekanan pada konsumsi. Hal ini membuat inflasi konsumen jauh di bawah target BOJ sebesar 2%.

Namun, analis memperkirakan inflasi inti naik menjadi sekitar 2% karena kenaikan biaya bahan bakar.

Meningkatnya tekanan inflasi meningkatkan kemungkinan bahwa BOJ akan merevisi perkiraan inflasi dalam tinjauan triwulanan berikutnya.

Perkiraan bank saat ini adalah bahwa indeks harga konsumen inti akan mencapai 1,1% dari April.

Sementara itu, inflasi di zona euro melonjak menjadi 7,5% pada Maret 2022. Faktanya, tingkat inflasi Benua Biru belum mencapai puncaknya.

Bank Sentral Eropa (ECB) berada di bawah tekanan untuk menahan harga yang tidak terkendali, meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Di zona euro 19 anggota, inflasi harga konsumen mencapai 5,9% pada Februari 2022. Meningkatnya inflasi dari perang Ukraina dan sanksi terhadap Rusia telah mendorong harga bahan bakar dan gas alam ke tingkat rekor.

Energi adalah pendorong utama, tetapi inflasi harga makanan, jasa dan barang tahan lama berada di atas target ECB sebesar 2%.

Ini adalah bukti lain bahwa kenaikan harga minyak tidak hanya mencerminkan harga minyak yang tinggi, tetapi meluas.

Sebelumnya, ECB secara konsisten meremehkan inflasi selama setahun terakhir. Sekarang, beberapa gubernur bank sentral mulai menuntut kebijakan yang lebih kuat untuk mencegah inflasi yang tinggi.

Inflasi yang tinggi juga menimpa China. Menurut Biro Statistik Nasional China (NBS), inflasi indeks harga produsen (PPI) naik menjadi 8,3% pada Maret 2022.

Hal ini terjadi seiring melonjaknya harga minyak internasional akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.

Pengetatan pergerakan untuk menahan penyebaran pandemi COVID-19 juga memberi tekanan pada pasokan makanan dan biaya konsumen.

Kepala NBS Dong Lijuan mengatakan harga komoditas global terus meningkat karena faktor geopolitik dan lainnya, yang mendorong kenaikan harga minyak bumi, logam non-ferrous dan industri terkait lainnya di tingkat nasional.

Data inflasi AS, yang dirilis Selasa malam, dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang prospek kebijakan Fed.

Amerika Serikat (AS) mencatatkan tingkat inflasi sebesar 7,9% pada Februari 2022. Indeks harga konsumen (IHK) ini berada pada level tertinggi dalam 40 tahun.